Sungguh riskan membayangkan pembantaian yang terjadi nan jauh disana, disuatu negri yang
namanya Libya. Sang pemimpin yang mestinya mengayomi dan melindungi rakyatnya akhirnya membantai sendiri rakyat tercintanya. Atas nama kebenaran masing-masing.

Kita tentu hanya bisa berdoa agar tragedi di Libya segera berakhir dan mengambil pelajaran bahwa kita hidup hanya sekali dan pasti mati, mungkin akan terlahir kembali namun kapan itu, biarlah menjadi rahasia ilahi yang terpenting sifat marah, haus akan kekuasaan, merasa selalu benar sendiri, sifat jahat sedapat mungkin harus dikekang jangan sampai melampiaskannya hanya untuk kepentingan sesaat dan berakibat buruk bagi orang lain dan diri kita di kelak kemudian hari.
Dari kejahuan atas nama umat manusia, kusampaikan doa semoga krisis kemanusian Libya cepat berakhir dan rakyat bisa hidup dengan damai, pihak-pihak lain jangan memperuncing dan saling tuduh yang menyebabkan tragedi berkepanjangan. Libya.... smoga damai, aman, sejahtera, segeraaaaa....
editorial / I Wayan Arjawa, ST.