Betapa Mengerikannya Redenominasi

Jakarta - Proses penyederhanaan nilai mata uang rupiah alias redenominasi telah Baca Lagi ...

Memaknai Hari Raya Galungan

Kata "Galungan" berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung Baca Lagi ...

Selamat Jalan Sad Guruku

New Delhi - Tokoh spiritual dari India, Sri Sathya Sai Baba (86) yang dipuja-puja Baca Lagi ...

Malu Itu Berkecamuk didada Orang Bali

Entah apa yang berkecamuk dihati dan perasaan warga dua banjar di Ubud Baca Lagi ...

Mau Naikin BBM?. Maluuu Sama Hugo...

Jakarta - Masyarakat Indonesia patut kah iri dengan orang-orang Venezuela? Baca Lagi ...

GWK dalam Petung Mimpiku. Seandainya Benar?!

Senin, 14 Maret 2011

Tahun 2012 semakin dekat banyak peramal yang meramalkan di tahun ini adalah awal bermunculannya malapetaka. Mama Laurent sebelum meninggal juga meramalkan akan terjadi banyak bencana besar di tahun 2012. Bahkan anak-anak indigo hanya melihat itu hanya bencana kecil dan bencana sesungguhnya terjadi di tahun 2018. Benarkah?.

Tahun 2022 adalah awal Zaman Treta Yuga (Zaman Murni menurut Agama Hindu), dan akhir Zaman Kali Yuga. Menilik dari transisi jaman tersebut tahun 2012 s.d. sebelum tahun 2022 layak kita memperhatikan berbagai ramalan yang sudah ada. Zaman Treta Yuga adalah zaman murni seperti ketika awal ada kehidupan di Bumi di mana alam bawah /Bhur Loka (alam para makhluk halus), Alam Tengah / Bwah Loka (alam manusia dan makhluk hidup), Alam Atas / Swah Loka (alam para Dewata) berhubungan langsung tanpa dibatasi / kasat mata. Tentu di zaman Treta Yuga orang yang bisa hidup seperti anak Indigo dan orang yang Indra Keenamnya telah terbentuk sempurna, jumlahnya tidak begitu banyak seperti di Zaman Kali Yuga.

Di Zaman Transisi tentu akan terjadi seleksi umat manusia yang dilakukan lewat bencana alam, maka harus di waspadai, bukan?.

Di dunia mimpiku, ternyata para dewa dan para leluhur telah merapatkan barisan. Para leluhur mulai mencari preti sentana dari garis paling atas seperti contoh: Paibon Hyang Sari yang dulunya berkawitan di Gerih dimana Pura ini didirikan oleh Garis keturunan Arya Kanuruhan yang ke-5 yaitu Pangeran Sukahet sekarang meningkat harus ke Gelgel pada pura kawitan yang dibuat oleh Tangkas putra kedua Arya kanuruhan, di paibon lain saya dengar sudah mulai mencari kawitan masing-masing yang sesungguhnya di alam Swah, leluhurlah yang mencari preti sentananya.

Dialam para Dewa, dalam petung mimpiku Dewa Brahma, Wisnu, Siwa dan Dewa yang lainnya sudah melakukan paruman di Pura GWK. Kenapa GWK?. Dialam bhur GWK atau kubung yang ada di bawahnya terhubung langsung dengan Pura Mrajapati dengan rute arah sungai yang ada di selatan rumah Pak Purja lama, masuk di barat rumah, masuk kedalam pas di "cap-capan" (tepi utara atap rumah ) masuk ke utara tembus ke Pura GWK. Dialam Swah Pura GWK berhubungan langsung dengan Pura Uluwatu, Goa Gong dan Berpatok pada Pura Kancing Gumi. GWK adalah pilar utama yang ada di bagian selatan Bali yang mampu mengangkat bumi saat air Bah melanda sehingga Bali nggak sampai tenggelam untuk beberapa saat ketika bencana terjadi (ini menurut petung mimpiku).

Permasalahan yang terbesar terjadi justru dialam Bwah atau alam manusia, karena dari bencana yang muncul tentu akan banyak memakan korban, sementara satu masalah yang terjadi di alam Dewata adalah pembukaan aura Pura GWK karena Aura itu hanya bisa diperoleh dari persembahyangan Umat. Semakin banyak Umat yang sembahyang di Pura GWK aura GWK akan makin kuat bersinar. Dengan terpancarnya aura ini akan membantu dalam penyelamatan umat manusia.

GWK dikelola investor yang membatasai pemedek untuk tangkil dan melakukan persembahyangan di Pura GWK. Pernah pada suatu paruman di Banjar Suka Duka Giri Dharma saya mengusulkan untuk membuka pintu masuk kearah Pura. Dan Pak Agung menjawab akan mempertimabangkannya. Sampai kapan?.

Sebenarnya apa kesulitannya untuk pihak investor jika banyak pemedek yang tangkil ke Pura GWK?

Tentu mereka jawab menurunnya omzet perusahan salah satunya, itu cuma dugaan saya. Tapi cobalah tengok Tanah Lot. Pura kahyangan jagat yang terjadinya persis seperti GWK dialam para Dewata. Apa yang membuat begitu banyak pengunjung tanah lot dalam per harinya?. Apakah karena konser artis dunia?. Apa di tanah Lot pernah ada?. Tentu satu jawaban yang pasti adalah daya magnet atau daya Magis yang muncul dari pura itu, yang tentu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Orang yang berkunjung kesana selalu ingin kembali untuk berkunjung lagi karena merasakan ketenangan, kedamaian, kesejukan, kebahagian dan lain-lain.

Semua muncul disebabkan aura pura yang terpancar karena banyaknya umat datang bersembahyang ke pura yang terletak di tengah laut itu.

Sedikit menengok dari penghasilan di Pura itu bersumber dari empat sumber pendapatan yaitu karcis masuk bagi wisatawan, parkir, pasar seni, dan pajak dari sewa tanah yang dijadikan lokasi pembangunan kioas yang menjual berbagai jenis cinderamata begitu kata Manager Badan Otorita Tanah Lot I Made Sujana di objek wisata Tanah Lot, Jumat 23 July 2010. (sumber:antara News).

Dari parkir saja: Harga karcis parkir sepeda motor Rp 2.000, mobil Rp 5.000 dan bus Rp 10.000. Dalam sehari, sepeda motor yang parkir rata rata 142 buah, mobil 876 buah dan bus 143 buah. Total pendapatan rata-rata dalam sebulan dari parkir saja: Rp. 182.820.00 atau 2.193.840.000 dalam setahunnya. Fantastis Bukan?. Tentu Jika terjadi masalah di tempat parkir, misalnya, tabrakan atau ditabrak, akan diberikan pelayanan.

Saya tidak punya hak untuk meminta GWK untuk merubah manajemen, tetapi jika sedikit dirombak dan diarahkan seperti tanah Lot, apakah salah?. Ketakutan di dunia bisnis tentu memang harus diperhitungkan dan di tanggulangi. Tapi jika bisa diarahkan untuk keseimbangan di dunia-akhirat, alam bhur, bwah, swah apakah ada salahnya?.

Semua memang berasal dari mimpi yang kebenarannya bisa sangat diragukan, karena tidak bisa dibuktikan dengan perhitungan 1+1 = 2, Tetapi saya secara pribadi tetap berharap kepada GWK agar memberikan iklim dan situs yang memberikan para pemedek untuk tangkil dan sembahyang ke Pura GWK demi terbukannya aura GWK yang mampu memberikan kesejukan, kedamaian, kenyamanan, kebahagian dan menyelamatkan kita semua ketika bencana terjadi (smoga semua bencana tidak akan pernah terjadi dan menimpa kita, red). Sekarang memang siapapun bisa masuk dan sembahyang ke Pura GWK namun iklim yang terbentuk seolah Pura GWK eksklusive yang hanya orang tertentu bisa sembahyang disana. Saya yang lahir, hidup, besar di area ini merasa sangat enggan untuk datang sembahyang apalagi orang lain?. Pembuatan situs khusus menuju pura sangat kami harapkan.

Editorial / I Wayan Arjawa, ST

Berita Terkait



Daftar Isi Editorial